Oleh
Fitriyono
Ayustaningwarno S.TP., M.Si., MOS
Pembaca yang budiman, anda tentu
pernah mendengar apa yang disebut dengan
fast food, atau yang diterjemahkan sebagai makanan cepat saji. Sebenarnya
apakah itu, mengapa bisa cepat mati ?
Definisi fast food adalah
kelompok makanan yang dapat disiapkan dan disajikan dengan waktu yang singkat,
atau makanan yang sudah diolah terlebih dahulu. Makanan kelompok ini
dipopulerkan di Amerika Serikat pada tahun 1950 dengan restoran atau took yang
menjual bahan makanan yang sudah disapkan sebelumnya, dan biasanya dijual
kepada konsumen dengan bentuk makan di luar atau dikenal dengan Take Away. Bentuk
penjualan tersebut juga popular dengan system penjualan drive through, yaitu
pembeli memesan makanan dari dalam mobil, kemudian diambil setelah pengendara
melewati tempat pengambilan makanan. Jenis-jenis makanan yang popular pada saat
itu adalah hamburger, pie, waffle, pancakes, ayam goreng, pizza, kentang
goreng, hot dog, ice cream, donat. Dari sejarah tersebut, masyarakat melabeli
bahwa makanan seperti hamburger, ayam goreng, hot dog, donat adalah fast food.
Akan tetapi bila diperhatikan
lebih jauh ternyata makanan-makanan khas Indonesia banyak yang termasuk makanan
cepat saji. Salah panganan yang terkenal di Indonesia adalah gorengan. Sebuah
jenis panganan yang dibuat dari nyaris apapun, dari tahu, hingga pisang, semua
bahan tersebut digoreng dalam waktu yang singkat, yang kemudian dijajakan ke
pada konsumen. Warteg juga salah satu contoh fast food lokal. Makanan yang
dijajakan di situ semuanya sudah diolah dan siap dipilih oleh konsumen.
Label buruk yang tersemat pada
kelompok makanan cepat saji sebenarnya berasal dari makanan seperti hamburger,
hot dog, pizza, kentang goreng, dan minuman soda. Jika dilakukan analisis
berkaitan hamburger, hot dog, dan pizza maka kesamaan produk tersebut adalah
tinggi lemak, protein, dan karbohidrat. Sedangkan minuman soda biasanya mengandung
gula sederhana dengan konsentrasi tinggi. Makanan dan minuman tersebut di
Amerika memiliki harga yang sangat rendah dibandingkan dengan sayuran maupun
buah-buahan segar. Hal ini disebabkan oleh politik perdagangan dan pertanian yang
menebabkan harga jagung dan olahannya, beserta daging menjadi sangat murah. Amerika
menerapkan kebijakan dimana memungkinkan petani menghasilkan jagung dengan
harga yang luarbiasa murah. Jagung tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam
produk termasuk gula untuk bahan baku minuman bersoda, sehingga harganya sangat
murah. Jagung juga dijadikan makanan ternak, sehingga dapat menghasilkan daging
yang murah. Daging murah tersebut akan mengasilkan hamburger yang murah.
Terlebih dengan industrialisasi makanan cepat saji, menghasilkan makanan dalam
jumlah banyak, yang ujungnya adalah produk yang sangat murah. Makanan yang
murah ini menjadi makanan utama dalam kegiatan sehari-hari masyarakat pekerja
di Amerika. Pola diet seperti ini akan menghasilkan pola konsumsi tinggi lemak,
protein dan karbohidrat, akan tetapi rendah vitamin dan mineral. Pola konsumsi
seperti ini sangat beresiko terkena tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner.
Hal ini disebabkan oleh tingginya konsumsi lemak jenuh yang banyak terdapat
pada daging yang dikonsumsi, dan tingginya konsumsi karbohidrat sederhana akan
memicu insensitifitas insulin, yang pada akhirnya memicu diabetes mellitus.
Rendahnya konsumsi sayur dan buah yang kaya vitamin dan minelar akan mengurangi
keelastisitasan pembuluh darah dan kemampuan menangkal radikal bebas akibat
konsumsi makanan tinggi lemak.
Fast food di Indonesia kondisinya
sedikit berbeda. Banyaknya gerai waralaba fast food asing yang masuk
menyebabkan makanan-makanan tinggi protein, lemak karbohidrat tersebut juga
masuk di Indonesia. Bedanya adalah harganya yang menjadi mahal. Dengan harga
yang mahal tersebut menjadikan makanan jenis ini hanya dapat dinikmati oleh
konsumen menengah ke atas. Konsumsi makanan tersebut menjadi status sosial. akan
tetapi fast food level menengah ke bawah kondisinya lebih memprihatinkan,
gorengan diolah dengan kebersihan rendah dan proses yang tidak terjamin.
Seringkali minyak yang digunakan untuk menggoreng telah digunakan puluhan kali
dan sering sengaja ditambahkan plastic. Hal ini selain menyebabkan gorengan
menjadi panganan yang tinggi minyak, juga mengandung plastic yang sangat
berbahaya bagi tubuh.
Pola konsumsi makanan yang
seimbang sangat dianjurkan untuk memperoleh kesehatan prima. Konsumsi makanan
fast food yang sebenarnya tinggi nutrisi itu dibolehkan dengan jumlah yang
tidak berlebihan dan tidak terlalu sering. Akan tetapi perlu diimbangi oleh
konsumsi sayuran dan buah. Pola konsumsi tersebut menjadi bagian dari empat
pilar gizi seimbang yang terdiri dari makan bervariasi sesuai kebutuhan,
aktivitas fisik secara teratur dan terukur, menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, dan juga mempertahankan berat badan ideal.
tulisan ini sudah dipublikasikan di majalah Kinetika, Media Press Kampus Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Edisi XLIII Maret 2013
No comments:
Post a Comment